Minggu, 30 September 2018

PUISI "GOYAH"

Goyah

Aku goyah dijembatan antara sungai yang tak bermuara
Aku goyah diperon terakhir sebelum bermimpi buruk

Menyerapi hari hari
Menghitung langkah kaki
Aku goyah saat melambai
Aku benci

Tinta mutiara
Purwokerto, dihari menuju kepergianmu, 2018

Senin, 04 Juni 2018

Puisi "Potret"

Potret


Akan berapa lama kau acuh pada rindu yang mengelabu
Bukalah aku, lembaran debu taburan potret masa lalu
Hitam putih pada memori yang buntu


Jika terlalu indah hingga membuatmu merekah
Dan terlalu manis hingga mengundang tangis

Cukup kenang
Tapi jangan kau buang
Disudut hatimu yang kian membeku karena waktu membungkus rindu



Tinta mutiara, Purwokerto 2016

Puisi "Hikayat Puan"

Hikayat Puan


Puan berkaca Puan inca-binca
Puan diam Puan tenggelam

Berkeriau bisu
Pada telinga batu
Jendera beragu

Puan berseru Puan sendu
Puan menepi Puang mengili

Kata ia
Puan mematung
Sejak
4 detik lalu
4 jam lalu
4 tahun lalu

Hikayat Puan
Didongeng para rembulan
Pabila Tuan pulang
Ubahlah Ia jadi gemintang


Tinta mutiara, Purwokerto 2018

Senin, 27 November 2017

Puisi "Temu"

Temu

Ditempat yang sama
Aku benci berteriak pada senja
Bahwa aku sebenarnya tak bisa
Aku benci berlari dan tersesat
Lamat melekat tak kasat
Tak pernah bisa kudapat

Memangku rindu
Hingga asaku kian berdebu
Bukan tak pernah terucap
Hanya saja kau tak terlihat tanggap

Karena dimataku kau selalu abu abu
Tak pernah jadi hitam ataupun putih
Tak pernah salah ataupun kalah
Tak pernah hilang walau tak lagi terang

Pada apa yang membuatmu terperangkap oleh temu yang palsu
Dan rindu yang tak menyatu


Aku, 
hanya penunggu waktu,
mu

Puisi "Hujan di Kemarau"

Hujan di Kemarau

Terik menarik paceklik
Hebat membabat sekarat
Tersisa lara dilema

Menunggu menumpuk rindu
Dirimu
Dirimu

Dilupa merekah luka
Jika
Jika

Kau hujan di kemarau

Minggu, 20 November 2016

Puisi "Sepotong Hati Yang Kujahit Sendiri"

Sepotong Hati Yang Kujahit Sendiri

karya : Tinta Mutiara Nissa

Indah sekali
Sarapan pagi dengan sepotong hati
Yang kujahit sendiri

Air mata jadi garamnya, Ah asin nyatanya
Tambahan taburan luka, Ah makin lengkap saja
Nikmat, Melekat
Cuih, Sudah berkarat

Gonggong anjing membuat bising
"kasihan dia, berusaha amnesia"
Tirai besi mengumpat lagi
"dasar narapidana! sudah sedekade dia disana!
kasusnya mutilasi, Jiwanya sendiri"

Aku mengernyit
Kemudian tertawa sedikit
Kulanjutkan menjahit
Sepotong hati
Untuk lauk malam ini

Puisi "Pemanggul Hati Manusia"

Pemanggul Hati Manusia

karya : Tinta Mutiara Nissa


Ulurkan secerca matahari dipelupuk
Agar tak buta, Aku
Ketika detik tak berkeringat berlari
Mengancam aku dan putarannya yang sebentar lagi berhenti

Tak seujung kuku, Nak
Diujung harapku
Tanganmu diatas tanganku

Mustahil!
Tangannya terlelap dikantong celana
Hatinya terbungkus kulit nangka

Air mata tercurah pada Sang Pencipta
Tak kujual pada manusia
Meski terkadang ku minta
Tolong ketuk hati mereka
Pada tubuh yang renta
Pada kaki yang telanjang
Pada kulit yang legam
Aku, Pemanggul hat manusia